RADARSEMARANG.COM, Istilah “maladaptif” sangat populer di kalangan remaja terutama karena banyaknya kasus maladaptif. Maladaptif adalah perilaku yang menyebabkan individu bersangkutan mengalami masalah penyesuaian diri. Kasus maladaptif disebabkan individu tidak mampu memenuhi tuntutan lingkungan. Permasalahan yang dihadapi penulis sebagai guru bimbingan konseling adalah sebagian peserta didik mengalami maladaptif terutama saat pandemi Covid-19 dimana kegiatan pembelajaran tidak lagi dilakukan melalui tatap muka tetapi melalui pembelajaran daring/online.
Perilaku maladaptif di SMA Negeri 1 Cepu nampak dari gejala-gejala perilaku menyimpang yang dilakukan peserta didik seperti sering tidak mengikuti pembelajaran daring, kurang pandai membagi waktu sehingga pada saat pembelajaran masih tidur, banyaknya tugas yang tidak dikerjakan, tidak mengikuti ulangan harian.
Untuk mengatasi permasalahan maladaptif penulis menggunakan salah satu layanan bimbingan konseling yang dinamakan bimbingan kelompok dengan pendekatan behavioristik.
Bimbingan kelompok merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok peserta didik untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat (Prayitno, 2017). Penulis menggunakan layanan bimbingan kelompok karena peserta didik yang telah mendapatkan layanan bimbingan kelompok biasanya meunjukkan sikap memahami dirinya sendiri, menghormati orang lain, dapat menyampaikan pesan, memecahkan masalah, dan dapat menyelesaikan masalahnya sendiri.
Pendekatan behavioristik juga sering disebut sebagai terapi perilaku dan mengubah perilaku. Pendekatan tingkah laku (behavioristik) dewasa ini banyak dipergunakan untuk melakukan kegiatan psikoterapi dalam arti luas atau konseling dalam arti sempit. Pendekatan ini juga menitikberatkan peranan lingkungan sebagai faktor penting yang dapat mempengaruhi seseorang. Pendekatan behavioristik memandang bahwa perkembangan seseorang akan tumbuh seperti apa yang diinginkan oleh lingkungannya (Lahmuddin Lubis, 2014). Tujuan terapi behavioristik secara khusus adalah mengubah tingkah laku maladaptif dengan memperkuat tingkah laku yang diharapkan dan meniadakan perilaku yang tidak diharapkan serta bisa menemukan cara bertingkah laku yang tepat. Didalam pendekatan behavioristik terdapat banyak teknik, namun penulis menggunakan teknik reinforcment atau penguatan adalah respon terhadap tingkah laku positif yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Penguatan dapat diartikan sebagai suatu bentuk penghargaan, penghargaan ini tidak harus selalu berwujud materi, bisa juga dalam bentuk kata-kata, senyuman, anggukan, dan sentuhan (Namora Lumongga Lubis, 2014).
Langkah awal yang dilakukan penulis adalah berkolaborasi dengan wali kelas dan guru mata pelajaran untuk memperoleh data peserta didik yang menunjukkan gejala maladaptif. Melalui WA penulis berkomunikasi dengan peserta didik yang bersangkutan dan menginformasikan untuk hadir disekolah setelah pembelajaran daring sesuai waktu dan tempat yang disepakati bersama. Adapun tahapan dalam layanan bimbingan kelompok adalah pertama tahap pembentukan, kedua tahap peralihan, ketiga tahap kegiatan, keempat tahap pengakhiran.
Kegiatan bimbingan kelompok dilakukan lebih dari sekali pertemuan untuk mengetahui sejauh mana ada perubahan tingkah laku dari peserta didik dan diakhiri setelah penulis melakukan observasi hasilnya perubahan perilaku tersebut bersifat tetap dan kontinyu.
Melalui layanan bimbingan kelompok dengan pendekatan behavioristik ini penulis menyimpulkan dapat menanamkan sikap optimis kepada peserta didik agar tidak berperilaku maladaptif sehingga sangat berguna untuk mengubah sikap dan perilaku dalam menerima materi pembelajaran secara khusus dan perubahan di lingkungan yang lain secara umum. (fbs1/lis)
Guru Bimbingan dan Konseling SMA Negeri 1 Cepu, Kabupaten Blora