RADARSEMARANG.COM, PENDIDIKAN adalah investasi jangka panjang yang memerlukan usaha dan dana yang cukup besar, hal ini diakui oleh semua orang atau suatu bangsa demi kelangsungan masa depannya. Demikian halnya dengan Indonesia menaruh harapan besar terhadap pendidikan, karena dari pendidikan ini tunas-tunas muda harapan bangsa sebagai penerus bisa dibentuk. Meski diakui bahwa pendidikan adalah investasi besar jangka panjang yang harus ditata, disiapkan dan diberikan sarana maupun prasarananya dalam arti modal material yang cukup besar, diantaranya buku paket yang memadahi untuk siswa. Sehingga siswa termotivasi untuk belajar, Dengan motivasi yang kuat, kesulitan yang dihadapi siswa tak lagi dipandang sebagai hambatan.
Secara kenyataan di SMP Negeri 2 Wonopringgo kabupaten Pekalongan kelas VIII masih kurang termotivasi untuk belajar dintaranya ada beberapa siswa yang tidak mengerjakan PR karena buku paket tidak dibawa pulang sehingga PR tidak dikerjakan di rumah tapi di sekolah dengan melihat tugas teman. Diperoleh fakta tidak mengerjakan PR karena siswa kesulitan dalam menghitung, kemampuan logika, ketrampilan menulis atau menggambar dan rasa malas belajar matematika khususnya materi geometri. Apa yang terjadi jika PR matematika tidak dikerjakan atau dikerjakan dengan melihat pekerjaan teman Sehingga setiap Penilaian Harian (PH) masih dibawah KKM (Kreteria Ketuntasan Minimal)
Upaya agar hasil belajar diperoleh dengan baik dalam mencapai pendidikan yang bermutu tinggi khususnya dalam mata pelajaran matematika maka membutuhkan peran guru dan siswa. Guru menempati posisi kunci dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan untuk mengarahkan siswa mencapai tujuan secara optimal. Ada cara yang lain untuk membangkitkan aktivitas belajar siswa secara aktif dan meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran adalah penggunaan model Pembelajaran RME (Realistik Mathematics Education).
Ada 5 karakteristik yang membedakan antara RME dengan pendekatan lain diantaranya sebagai berikut: Pembelajaran harus dimulai dari masalah yang diambil dari dunia nyata. Dunia abstrak dan nyata harus dijembatani oleh model, model dapat berupa alat peraga yang dibuat dari bahan-bahan yang ada disekitar siswa. Siswa memiliki kebebasan untuk mengekspresikan hasil kerja mereka dalam menyelesaikan masalah nyata. Proses pembelajaran harus interaktif baik antar guru dan siswa maupun siswa dengan siswa (Aisyah, 2007: 7.18-7.19)
Menurut Aris Shoimin (2014: 151-152) merumuskan kelebihan dari model Realistik matematik Education seperti berikut ini. Memberikan pengertian yang jelas kepada siswa tentang kehidupan sehari- hari dan kegunaan pada umumnya bagi manusia. Memberikan pengertian yang jelas kepada siswa bahwa matematika adalah suatu bidang kajian yang dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh siswa, tidak hanya oleh mereka yang disebut pakar dalam bidang tersebut. Memberikan pengertian yang jelas kepada siswa cara penyelesaian suatu soal atau masalah tidak harus tunggal atau tidak harus sama antara satu dengan orang yang lainnya dan harus berusaha untuk menemukan sendiri sehingga pembelajaran yang bermakna akan tercapai.
Sedangkan kekurangan RME adalah sebagai berikut: Membutuhkan waktu yang cukup banyak terutama bagi peserta didik yang lemah dalam pelajaran matematika. Peserta didik yang pandai atau telah selesai mengerjakan akan merasa bosan karena menunggu temannya yang belum selesai. Membutuhkan alat peraga atau media pembelajaran yang sesuai dengan materi atau situasi pembelajaran yang dapat digunakan untuk membangun pemahaman peserta didik.
Berdasarkan kelebihan dan kekurangan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa RME mengajarkan peserta didik untuk menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari dan mengasah kemampuan anak untuk menemukan penyelesaian masalah dengan cara mereka sendiri. RME juga mengajarkan tentang pentingnya suatu proses serta membantu ketercapaian pembelajaran yang bermakna. Hambatan yang biasa ditemui yaitu memerlukan waktu yang cukup banyak dan mungkin beberapa siswa yang pandai akan merasa bosan. (ips2/zal)
Guru SMPN 2 Wonopringgo, Kabupaten Pekalongan