RADARSEMARANG.COM, Merebaknya pandemi Covid-19 menimbulkan anomali pembelajaran di sekolah. Sejak dilakukannya pembatasan kegiatan masyarakat dengan mengatur berbagai aktifitas secara ketat, termasuk melaksanakan program pembelajaran dari rumah dalam bentuk PJJ (pembelajaran jarak jauh) membutuhkan sebuah tata kelola menajemen yang tepat.
Muncul permasalahan yang timbul ketika sekolah melakukan adaptasi terhadap fenomena tersebut. Peranan guru, peserta didik maupun sarana di sekolah menjadi kendala tersendiri ketika pelaksanaannya. Demikian juga yang terjadi di SMP Negeri 21 Semarang. Sebagai sekolah yang pernah menyandang predikat RSBI, keberlangsungannnya diuji dan dipertaruhkan agar mutu dan kualitas tetap terjaga.
Strategi yang dilakukan oleh sekolah untuk menyikapinya adalah dengan menerapkan manajemen COVID (Convidence, Optimise, Visioner, Intergrity, Dicipline).
Manajemen ini diyakini mampu mengatasi kendala saat pembelajaran di masa pandemi. Penerapan strategi ini dapat membantu mengatasi persoalan-persoalan pembelajaran di sekolah.
Convidence merupakan sebuah strategi untuk menumbuhkan kepercayaan diri kepada seluruh warga sekolah. Guru dan peserta didik didorong memiliki keprcayaan diri untuk melakukan pembelajaran meski tanpa tatap muka. Konsep pembelajaran secara virtual dilakukan dengan bijak agar terjadi timbal balik yang sepadan tanpa mengurangi makna pembelajaran itu sendiri.
Optimise, merupakan sebuah keyakinan yang ditanamkan pada seluruh warga sekolah untuk tetap berkeyakinan mampu melaksanakan proses pembelajaran saat pandemi walau tanpa tatap muka. Keyakinan yang dibangun terhadap keberhasilan dari proses pembelajaran akan menguatkan karakter peserta didik dan mempertahankan konsep mutu yang diharapkan.
Visioner, merupakan sebuah pandangan ke depan akan gambaran keberhasilan dari proses pembelajaran yang telah dilakukan. Dengan berpandangan ke depan bahwa proses digitalisasi pembelajaran harus dilakukan dan dikuasai oleh generasi milenia. Guru didorong agar tidak gaptek dan mampu melayani pembelajaran generasi milenia. Peserta didik didorong untuk memiliki pandangan ke depan melalui cita-cita dan harapan di masa depan. Karena akan muncul berbagai profesi baru dan akan hilangnya profesi yang tidak sesuai dengan tuntutan jaman.
Intergrity, menjadi hal yang penting dalam keberlangsungan pembelajaran. Tanpa tatap muka dan hanya secara virtual menjadi hal yang mendasar untuk mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran. Guru melakukan pekerjaannya secara WFH (work from home), menjadi tidak bermakna manakala tidak dimilikinya intergritas yang tinggi.
Peserta didik dituntut untuk memiliki integritas dan komitmen yang tinggi terhadap proses pembelajarannnya walau tidak bertemu secara langsung dengan guru. Kemauan dan kehadiran secara virtual sangat diharapkan meski berbagai kendala muncul seperti kuota, sarana maupun kemampuan menggunakan perangkat digitalnya.
Saat melakukan evaluasi, intergitas sangat dibutuhkan agar prinsip penilaian dapat berjalan sesuai fungsinya. Peranan ortu dalam mengontrol integritas putra-putrinya menjadi kunci keberhasilan penilaian yang dilakukan.
Dicipline, merupakan kata kunci agar proses yang dijalankan dapat berjalan. Tanpa disiplin yang tinggi dan kesadaran yang memadai dalam melakukan proses pembelajaran akan mengurangi kebermaknaan dan keberhasilan proses yang dilakukan. Menumbuhkan kedisiplinan bagi warga sekolah menjadi mutlak agar hasilnya dapat terukur meski tidak dituntut ketuntasan kuriklum. Disiplin menjadikan komitmen seluruh warga sekolah agar patuh dan menaatinya. Penerapan manajemen COVID (Confidence, Optimise, Visioner, Integrity, Dicipline) saat ini menjadi sebuah alternatif agar keberlangsungan proses pembelajaran di sekolah dapat berjalan saat pandemi berlangsung. Di tengah ketidakpastian kapan sekolah akan melakukan pembelajaran secara luring, manajemen COVID dapat menjadi sebuah solusi agar kegiatan tetap berlangsung secara optimal. Dibutuhkan komitmen seluruh warga sekolah mulai dari kepala sekolah, guru, peserta didik, tendik, ortu maupun pemangku kepentingan untuk mengawal keterlaksaanaan implementasinya. Tetap berkarya walau di tengah keterbatasan untuk melayani pendidikan. (gm2/lis)
Kepala SMP Negeri 21 Semarang