RADARSEMARANG.COM, MENGACU pada petunjuk pelaksanaan peraturan Gubenur Jawa Tengah nomor 53 tahun 2013 pasal 4 tentang bahasa, sastra, dan aksara Jawa, maka penggunaan aksara Jawa dalam hakikatnya wajib diajarkan pada jenjang setiap satuan pendidikan. Dan termuat pada kurikulum 2013 bahwa pembelajaran aksara Jawa pada pendidikan jenjang SMA harus tercakup kompetensi dasar Pertama, kompetensi dasar sandhangan mandaswara dan aksara angka pada kelas X. Kedua, kompetensi dasar aksara rekan dan askara murdha pada kelas XI. Ketiga, kompetensi dasar aksara swara dan tandha baca pada kelas XII. Maka sangatlah penting pembelajaran aksara angka ini ditekankan pada kelas X sebagai dasar lanjutan pembelajaran aksara Jawa untuk tingkat selanjutnya.
Yang menjadi bahan pertimbangan diangkatnya judul artikel ini dikarenakan pembelajaran aksara angka pada kelas X SMA N 1 Kesesi dengan menggunakan metode menulis sangatlah kurang tercapai kompetensinya, sehingga penulis merubah model pembelajaran dengan metode berkelompok dengan media denah rumah. Mengapa pembelajaran aksara angka mutlak dijadikan titik acuan? Dikarenakan persamaan aksara angka dengan aksara nglegena. Hanya 1 yang dijadikan daya pemebeda antara aksara angka dengan aksara nglegena yaitu tanda baca aksara angka yaitu pada pangkat cacah loro jika termuat dalam kalimat/ paragraf. Namun jika termuat dalam suatu rincian atau tabel maka aksara angka dan aksara nglegena tidaklah jauh berbeda. Sebagai contoh angka 1 – 1 sama dengan aksara ga pada nglegena, angka 6 – 6 sama dengan aksara swara E dan seterusnya. Hal ini yang menjadi dasar acuan mengapa judul artikel ini kemuadian dibuatkan penelitian oleh penulis, dikarenakan setalah diadakannya penelitian ini kemajuan siswa dalam belajar aksara angka terlampaui ketercapaiannya.
Denah rumah yang digunakan, selain banyak sekali angka-angka yang termuat dalam penggunaanya, dikarenakan juga dapat melatih keterbiasaan siswa dalam menulis aksara Jawa sambil bermain dan belajar menjadi menyenangkan karena menggunakan gambar. Hal ini menjadi penentu keberhasilan siswa dalam mengaplikasikan pengetahuan tentang aksara Jawa dalam kehidupan sehari-hari teralkulturasi budaya Jawa (melestarikan aksara Jawa) yaitu membuat undangan pernikahan dengan denah bertuliskan aksara Jawa. Tentu saja pengaplikasian ini dikhususkan ruang lingkupnnya hanya pada wilayah Jawa Tengah saja.
Menurut Resmini et al. (2006: 213) bahwa sebuah gambar atau rangkaian beberapa gambar merupakan sarana ampuh untuk memancing, mendorong, atau memotivasi siswa belajar, dengan mengamati media gambar denah memotivasi siswa sangat aktif dan komunikatif. Sehingga dengan menggunakan metode denah, penulis meyakini bahwa metode denah dalam belajar aksara Jawa akan dapat mengingkatkan kompetensi belajar siswa.
Langkah-langkah kerja yang dilakukan oleh siswa antara lain: Pertama, siswa dibuat secara berkelompok dalam 1 kelompok terdiri dari 4-5 siswa. Kedua, siswa diminta untuk membuat denah rumahnya hingga ke sekolah. Ketiga, siswa mendiskusikan jarak dan nama-nama tempat yang terdapat diantara rumah hingga sekolahnya. Keempat, siswa merancang tulisan aksara angka dan Jawa yang diaplikasikan ke denah tersebut. Kelima, siswa merancang langkah-langkah presentasi yang akan dilakukan. Keenam, proses revisi setelah presentasi dilakukan. Dalam rangkaian belajar ini guru berperan sebagai fasilitator, dan konsultan.
Dengan langkah-langkah yang telah dilakukan diatas, pembelajaran angka Jawa dengan menggunakan media denah metode presentasi berkelompok dalam terlampaui ketercapaian kompetensinya. Hasil akhir yang didapatkan: siswa menjadi lebih komunikatif dan kreatif, siswa dapat berkomunikasi secara terkoordinir dalam kelompoknya, siswa dapat menuliskan angka Jawa dan aksara Jawa dengan benar dan tepat, siswa dapat menuntaskan nilainya dalam ujian akhir penilaian materi angka Jawa dengan soal-soal yang disesuaikan indikator pembelajaran yang ditentukan.
Hal diatas, tentunya dapat dijadikan acuan bagi guru Bahasa Jawa pada materi angka Jawa dengan menggunakan metode dan media yang sama agar peningkatan kompetensi siswa dalam belajar angka Jawa dapat tercapai. (ips2/zal)
Guru Bahasa Jawa SMAN 1 Kesesi, Kabupaten Pekalongan