RADARSEMARANG.COM, Kata orang bijak, dengan membaca dapat mengintip dunia. Bahkan dengan membaca dapat menggenggam dunia. Artinya bahwa melalui membaca kita dapat mengetahui perkembangan situasi dan kondisi di negara manapun.
Akan tetapi di Indonesia pada umumnya minat baca para siswa masih rendah. Buku-buku pelajaran, buku-buku fiksi, buku-buku pengetahuan, koran, majalah, tabloid bukan menjadi bahan bacaan favorit lagi. Para siswa lebih suka membaca melalui fasilitas yang terdapat di internet entah di WhatsApp, Face Book, Instagram, Twitter dll.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan telah meluncurkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) pada tanggal 19 Agustus 2015. GLS dikembangkan berdasarkan Permendikbut Nomor 21 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. GLS bertujuan membiasakan dan memotivasi siswa untuk membaca dan menulis guna menumbuhkan budi pekerti (Badan pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud).
Buku-buku yang digunakan untuk bahan literasi di sekolah adalah buku-buku fiksi dan nonfiksi. Yang merupakan buku fiksi yaitu novel, kumpulan cerpen, kumpulan puisi, naskah drama, cerita rakyat, dongeng, hikayat dll. Sedangkan buku nonfiksi misalnya buku sejarah, buku pengetahuan, biografi, otobiografi dll. Dalam kegiatan GLS siswa tidak hanya membaca buku tetapi diikuti dengan kegiatan menceritakan kembali, membuat ringkasan, mengubah bentuk, melanjutkan cerita, bahkan menganalisis sebuah teks.
SMA Negeri 2 Kendal sebagai salah satu sekolah yang sendika dhawuh dengan program mendikbud telah melaksanakan program GLS. Ada beberapa program yang sudah dilaksanakan, salah satu diantaranya adalah membaca 15 menit sebelum proses pembelajaran dimulai. Dalam kegiatan tersebut ada beberapa langkah yang telah dilakukan.
Pertama, semua siswa diminta mengumpulkan tiga judul artikel berbahasa Indonesia, Jawa, dan Inggris dan diberi waktu selama satu minggu. Ketiga artikel tersebut tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, politik, dan sara. Ketiganya dikumpulkan dalam keadaan sudah dilaminating. (Sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Sekolah bahwa pada hari Senin sampai dengan Rabu semua warga sekolah berkomunikasi dengan bahasa Indonesia, Kamis berbahasa Jawa, dan Jumat berbahasa Inggris).
Kedua, setelah semua artikel terkumpul, dipisahkan dalam tiga kelompok. Masing-masing dimasukkan dalam tas (file) dan didistribusikan ke semua kelas. Setiap kelas mendapatkan tiga tas (file) artikel berbahasa Indonesia, berbahasa Jawa, dan berbahasa Inggris. Artikel berbahasa Indonesia digunakan untuk literasi pada hari Senin sampai dengan Rabu, artikel berbahasa Jawa digunakan untuk hari Kamis, dan artikel berbahasa Inggris digunakan untuk hari Jumat.
Ketiga, GLS dilakukan oleh para siswa 15 menit sebelum PBM dimulai dan dipandu oleh guru mata pelajaran yang mengajar pada jam pertama. Siswa membaca artikel yang sudah tersedia selama 7 menit. Waktu yang tersisa digunakan untuk menceritakan kembali hasil membaca oleh 2 atau 3 siswa maju di depan kelas secara bergantian. Setiap siswa selesai maju, teman-temannya memberikan tepuk tangan sebagai penghargaan dan motivasi. Setiap tiga bulan sekali diadakan pergeseran tas-tas artikel dari kelas ke kelas yang dilakukan oleh petugas.
Berawal dari pembiasaan yang dilakukan setiap hari akhirnya siswa menikmati kegiatan tersebut. Siswa merasa senang melakukannya. Kegiatan ini berdampak positif bagi siswa terbukti meningkatkan peminjaman buku-buku di perpustakaan sekolah. Sebagai guru bahasa Indonesia di SMA Negeri 2 Kendal saya dutunjuk oleh kepala sekolah sebagai koordinatornya. (pgn1/ton)
Guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 2 Kendal