RADARSEMARANG.COM, MATEMATIKA adalah mata pelajaran yang utuh. Artinya semua materi matematika selalu berkaitan dengan materi sebelumnya. Ada pra syarat yang harus dipenuhi siswa dalam mempelajari matematika, siswa harus memahami materi tertentu sebelum belajar materi berikutnya. Semua kompetensi mulai kelas 1 sampai kelas 6 selalu berkaitan dan berkelanjutan. Tidak bisa dipisahkan satu persatu.
Karakter pelajaran matematika adalah pelajaran yang tidak dapat dipelajari hanya dengan membaca dan melihat. Namun harus dilakukan latihan-latihan dalam menyelesaikan masalah. Dengan kata lain, siswa harus berani belajar sambil melakukan (learning by doing).
Siswa memerlukan motivasi yang kuat dalam mempelajari setiap kompetensi. Perlu motivasi yang datang tidak hanya dari diri sendiri, namun juga dari rekan belajar, guru, sarana prasarana belajar bahkan situasi belajar juga harus mendukung.
Di SDN 16 Mulyoharjo, penulis mencoba meningkatkan motivasi belajar, khususnya karakter kerja keras dalam belajar matematika dengan meningkatkan situasi belajar siswa dengan menerapkan model STAD dalam pembelajaran.
Mengapa STAD? Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Slavin. Ini merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi siswa untuk saling memotifasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang optimal.
Menurut Slavin dalam Isjoni (2009:51) pada proses pembelajarannya, belajar kooperatif tipe STAD melalui lima tahapan yang meliputi, 1) Tahap penyajian materi. Materi diberikan sebagai stimulan dalam memberikan penanaman konsep kompetensi dasar yang sedang dipelajari dengan mengaitkan pada kehidupan nyata dan alat peraga yang riil. Hal ini untuk menghindari pemahaman verbal serta pembagian kelompok yang heterogen serta penjelasan tentang kontribusi setiap anggota kelompok terhadap point kelompoknya yang didapat dari peningkatan prestasi masing-masing anggota. 2) Tahap kerja kelompok. Semua anggota kelompok berusaha memberikan kontribusi terbaiknya dalam memahami materi dan saling mengisi pada setiap diskusi sehingga diharapkan terjalin kerjasama, saling mengisi kekurangan dan berusaha memecahkan setiap permasalahan dengan kemampuan masing-masing. 3) Siswa mengerjakan tugas pada Lembar Kerja Siswa (LKS) secara kelompok, dengan menekankan agar semua anggota kelompok ikut mengerjakan dan memahami cara serta alur mengerjakan lembar kerja. 4) Tahap tes individu, untuk mengonfirmasi pemahaman siswa terhadap kompetensi yang sedang dipelajarainya. 5) Tahap perhitungan skor perkembangan individu. Kontribusi point yang diperoleh didasarkan pada peningkatan prestasi masing-masing peserta yang diperoleh dari selisih prestasi awal dengan prestasi sesudahnya. Contoh anggota kelompok yang nilai tesnya lebih rendah dari 10, poinnya 0. Yang lebih rendah kurang dari 10, sama dengan skor awal poinnya 10. Yang lebih tinggi dari skor awal 0-10, maka poinnya 20, yang naik 10-20 poinnya 30, yang mendapat nilai sempurna poinnya 30.
Semua anggota dapat berkontribusi sesuai dengan kemampuannya, akan meningkatkan motivasi untuk bekerja keras. Karena kerja keras masing-masing individu akan menentukan besarnya poin yang dapat disumbangkan kepada kelompoknya. 6) Tahap terakhir dari Model STAD adalah penghitungan jumlah skor perkembangan (point). Setiap kelompok akan mendapatkan piagam dengan kategori yang sesuai dengan jumlah poin yang telah disepakati bersama. (pm1/ida)
Guru SDN 16 Mulyoharjo Pemalang