Oleh: Rini Wulandari, S.Pd.
RADARSEMARANG.COM, Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang ada di semua tingkatan pendidikan dari mulai SD hingga perguruan tinggi dengan kedalaman materi yang semakin meningka di setiap tingkatan dan saling bersinambungan. Implementasi pembelajaran matematika terjadi hampir di semua lini kehidupan manusia.
Pentingnya matematika tidak menyebabkan peserta didik menjadi serius dan bersungguh-sungguh mendalami matematika tersebut. Hasil wawancara dengan banyak peserta didik bahkan menyampaikan bahwa mereka tidak menyukai matematika. Ada beberapa hal yang menyebabkan mereka tidak menyukai matematika diantaranya sulitnya mereka mempelajari matematika, banyaknya rumus, penyampaian guru yang kurang menarik dan faktor dari dalam mereka sendiri yaitu kemalasan.
Observasi guru terkait minat peserta didik dalam mempelajari matematika juga memperoleh fakta bahwa pada saat pembelajaran beberapa peserta didik bersikap acuh tak acuh, tidak konsen dalam memperhatikan pembelajaran dan enggan mengerjakan tugas.
Guru sebagai salah satu motor pembelajaran perlu memikirkan model dan media yang tepat untuk memotivasi peserta didik agar bersemangat dalam mempelajari matematika. Salah satu media alternatif yang dapat dipilih adalah IPC (Interesting Problem Card) atau Kartu Masalah yang Menarik.
IPC merupakan sebuah kartu yang berisi soal/ masalah yang harus diselesaikan peserta didik selama diskusi. Kartu ini disajikan dalam bentuk yang menarik dengan gambar dan penuh warna sehingga menarik perhatian peserta didik. Rahmawati (2013) juga menyatakan bahwa dengan adanya berbagai macam variasi soal di kartu masalah diharapkan peserta didik dapat tertarik dan aktif untuk menemukan solusi pemecahannya sehingga dapat membantu mengasah kemampuan matematik peserta didik. Biasanya peserta didik cenderung malas jika diminta mengerjakan latihan soal, akan tetapi jika soal tersebut dikemas secara menarik dalam sebuah kartu masalah diharapkan dapat meningkatkan minat peserta didik dalam belajar.
Minat menurut Guiford (1969) adalah dorongan-dorongan dari dalam peserta didik secara psikis dalam mempelajari sesuatu dengan penuh kesadaran, ketengan dan kedisiplinan sehingga menyebabkan individu secara aktif dan senang untuk melakukannya. Salah satu cara untuk membangkitkan minat belajar peserta didik adalah guru membuat materi yang dipelajari menjadi semenarik mungkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk bahan ajar, desain pembelajaran yang membebaskan peserta didik mengeksplore apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar peserta didik (kognitif, afektif dan psikomotorik) sehingga peserta didik menjadi lebih aktif, maupun performa guru saat mengajar.
IPC dipadu dengan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) membuat proses pembelajaran menjadi lebih hidup, keaktifan peserta didik meningkat, minat belajar besar dan mereka menyatakan lebih semangat mengerjakan tugas yang diberikan. Hal-hal tersebut membangkitkan juga kepercayaan diri peserta didik baik pada saat diskusi maupun pada saat presentasi di depan kelas.
Penggunaan media IPC selain membangkitkan minat, keaktifan dan kepercayaan diri peserta didik juga efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik. Peningkatan tersebut berwujud berupa nilai tes evaluasi sebagai hasil belajar mereka.
Hasil penelitian penulis terhadap siswa kelas VII SMP Negeri 39 Semarang memberikan hasil belajar dan kepercayaan diri peserta didik meningkat setelah mengikuti pembelajaran menggunakan model PBL berbantuan IPC. Hal ini ditunjukkan dengan hasil belajar peserta didik meningkat rata-rata sebesar 7 persen. Kenaikan hasil belajar juga selaras dengan kenaikan kepercayaan diri peserta didik yang meningkat rata-rata sebesar 4 persen. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa IPC dipadu dengan model PBL adalah salah satu solusi untuk meningkatkan hasil belajar dan kepercayaan diri peserta didik. (by1/aro)
Guru Matematika SMP Negeri 39 Semarang