RADARSEMARANG.COM, Ungaran – Penolakan pemakaman jenazah perawat RSUP Dr Kariadi, Nuria Kurniasih di TPU Sewakul, Kelurahan Bandarjo, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang beberapa waktu lalu mengundang keprihatinya dari sejumlah kalangan.
Bahkan mereka yang merasa prihatin dengan kejadian tersebut sengaja mengirimkan karangan bunga di halaman TPU Sewakul. Dari pantauan RADARSEMARANG.COM, ada 30 karangan bunga diantaranya dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Boyolali, Rembang hingga Cilacap.
Tidak hanya itu imbas kejadian tersebut, warga Dusun Sewakul juga merasa takut tak bisa menikmati layanan kesehatan dengan baik. Fatonah pemilik warung depan TPU Sewakul mengatakan tidak tau kapan karangan bunga tersebut datang. Tiap pagi saat dirinya ke pasar sudah tertata rapi didepan hingga dalam makam. “Mungkin malam datangnya, tau-tau sudah banyak,” ungkapnya, Senin (13/4/2020).
Ibu berusia 51 tahun ini pun mengaku tidak berani untuk keluar rumah. Ia merasa suasana di Dusun tersebut belum kondusif. Banyak orang yang berdatangan dari luar Dusun. “Banyak yang dateng moto keadaan TPU, saya pilih tidak keluar rumah dan tidak ikut campur,” lanjutnya.
Hal serupa juga disampaikan Muhamad Sholeh, citra buruk Dusun Sewakul dikatakannya sudah tertanam. Dampak yang paling terasa saat ini adanya kecaman di media sosial. Kekhawatiran pun bermunculan di warga Sewakul terkait pelayanan kesehatan.
“Kejadian itu membuat nama Sewakul jadi buruk, padahal yang menolak itu hanya oknum yang mengaku perwakilan warga. Namun berdampak kesemua. Kami takut juga bila sakit tidak ada yang mau merawat atau saat berobat ditolak,” timpalnya.
Terpisah, Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Tengah menjamin tetap melayani kesehatan warga Sewakul. Hal tersebut ditegaskan oleh Ketua DPW Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Provinsi Jawa Tengah, Edy Wuryanto. “Saya jamin tidak ada, dengan adanya kasus ini lalu warga Siwakul ditolak oleh para perawat dan tenaga medis. Jadi warga tenang,” tegasnya.
Menurut Edy, kekhawatiran tersebut tidak perlu ada, karena dokter maupun perawat sudah melakukan sumpah profesi. Justru jika tidak dilayani maka para medis mengingkari sumpahnya. Ia juga mengatakan hanya beberapa okum orang saja yang menolak dan kini sudah diamankan. “Bagi kami, yang sudah terjadi ya cukup sebagai pembelajaran, bahkan juga sudah diproses untuk mempertanggungjawabkan, itu menurut saya,” pungkasnya. (ria/bas)