RADARSEMARANG.COM, KENDAL – Ratusan warga Kebonharjo, Kecamatan Patebon melaksanakan Salat Istisqa dan doa bersama untuk meminta diturunkannya hujan. Pelaksanaan salat dilakukan di lapangan desa setempat dengan diinsiasi oleh Pengurus Ranting Nahdatul Ulama (NU) Kebonharjo 2.
Jumat (27/9) siang, selepas menanunaikan ibadah salat Jumat, warga laki-laki maupun perempuan, tua muda bahkan anak-anak beramai-ramai berkumpul ditengah lapangan. Panas terik sinar matahari siang itu tak menyurutkan niat mereka untuk melaksanakan salat dua rekaat memohon hujan.
Begitu semua warga berkumpul, mereka langsung membentuk barisan dan melaksanakan salat dua rekaat untuk memohon hujan. Dipimpin oleh Kiai Faizin, warga melaksanakan salat secara berjamaah. Usai salat, dilanjutkan khotbah oleh Kiai Sakdullah. Ia menyampaikan jika agar warga bersama-sama memohon hujan yang bisa menjadi berkah bagi bangsa ini.
Ketua Ranting NU Kebonharjo, Muhammad Abid Shofwan sebagai inisiator pelaksanaan Salat Istisqa mengatakan jika salat memohon hujan ini memang dilatarbelakangi akan kondisi Indonesia secara umum yang mengalami musim kemarau panjang. Sehingga tidak ada hujan dan mengakibatkan bencana dibeberapa daerah. Terutama bencana kebakaran hutan, Kalimantan dan Sumatera.
“Kami sebagai warga desa tidak bisa berbuat banyak untuk mengatasi bencana itu. Bisanya kami ya melaksanakan salat dan doa bersama ini. Semoga lekas diturunkan hujan, sehingga bencana kebakaran hutan bisa segera teratasi,” katanya.
Selain berita di banyak daerah yang kekeringan sehingga kesulitan mendapatkan air bersih. Menurutnya itu jelas menjadi bencana tidak hanya bagi manusia, tapi juga hewan dan tumbuhan lantaran sulit mendapatkan air dan makanan. “Kasihan, kami warga tidak mungkin turun tangan memberikan bantuan air. Karena jelas tidak mampu, jadi aksi kami lewat salat memohon hujan ini,” tandasnya.
Kepala Desa Kebonharjo, Edi Lukman berharap dengan dilakukannya salat istisqa ini bisa segera turun hujan. “Kasihan peternak hewan ternak karena kesulitan mendapatkan pakan ternak karena kondisi tanaman untuk pakan banyak yang mati,” katanya. (bud/bas)