RADARSEMARANG.COM –Tidak ingin mengangur saat masa pandemi Covid-19, Adi Nugroho mencoba terus berkarya dan berinovasi. Pemuda asal Kampung Sanggrahan, Kelurahan Lodoyong, Ambawara ini, pun mencoba membuka usaha membuat drum custom. Dengan hanya mengandalkan tempat produksi yang kecil dan peralatan seadanya, ia mampu bertahan di tengah gempuran pandemi.
Adi Nugroho adalah pemilik AD’s Drum Custom yang berada di Ambarawa. Pria 24 tahun ini, mulai memproduksi drum pada 2019 akhir. Awalnya, beberapa tetangga sempat pesimis dengan usaha Adi.
“Ya, dulu ditanyain tetangga mas kenapa malah buka usaha di saat pandemi datang. Saya jawab, ya mau bagaimana lagi daripada menganggur,” katanya.
Sebelumnya, Adi sudah memiliki usaha kerajinan kriya dinding dari kayu, namun tidak bertahan karena terdampak pandemi yang membuat pemasarannya sepi. Pemuda yang memiliki basis musisi ini juga sempat mengajar sebagai guru musik. Namun harus terhenti kembali.
“Mau nge-band juga tidak aktif bandnya mas. Terus ngajar musik lagi juga sudah tidak ada muridnya,” ujarnya.
Ide usaha produksi drum sendiri berawal dari Komunitas Drum Ambarawa. Ia melihat banyak anggota komunitas juga memiliki usaha yang sama. Namun kebanyakan produknya tidak diproduksi sendiri, melainkan hanya menjadi pihak ketiga. Dari situ Adi melihat peluang bisnis yang bisa dimanfaatkan. Bersama dengan seniornya Mas Joko, ia memulai produksi drum.
“Kalau untuk pengaruh pandemi di usaha ini bisa saya katakan tidak terlalu berpengaruh mas. Dari bahan baku juga tersedia di area sini. Malah waktu pandemi itu saya mendapat pesanan dari Jambi,” ujarnya.
Adi sendiri memasarkan produknya hanya melalui Instagram. Meski belum menyentuh ke E-Commerce seperti Shoppe ataupun yang lain, namun pelanggannya selalu bertambah.
Pasarnya semakin luas, ketika ada Lapak Ganjar. Adi tidak ingin menyia-nyiakan program besutan orang nomor satu di Jawa Tengah itu. Mengingat engagement-nya begitu besar. Benar saja, setelah mengupload produknya di Lapak Ganjar, pengikut Instagram usaha Adi langsung meroket.
“Saya ngirim promosi produk di Lapak Ganjar itu dua kali mas. Yang pertama kerajinan kayu kemudian yang kedua drum itu,” katanya.
Semenjak itu, banyak media hingga Kominfo datang untuk meliput usaha miliknya. Ganjar Pranowo pun sudah menilik tempat produksinya untuk melihat produk unggulan lokal karya Adi. “Jujur kaget mas pada saat ada kabar bahwa Pak Ganjar mau datang,” katanya.
Dari Lapak Ganjar juga ia memperoleh berbagai kenalan, baik itu konsumen maupun sesama pengrajin. Melihat produknya yang semakin dilirik, Adi akan meningkatkan kualitas produknya. Meski bahan baku produksinya dari lokal namun hasilnya bisa bersaing hingga internasional.
Banyak konsumen tidak percaya hasil produknya dikerjakan dengan peralatan yang seadanya. Tidak jarang pula Adi menawarkan para pembeli untuk datang melihat langsung proses pengerjaanya. Agar mereka bisa mengetahui secara langsung.
“Banyak yang kaget mas, mereka kira saya punya peralatan yang bagus seperti mesin bubut buat memperhalus itu. Tapi kenyataanya peralataan saya ya seadanya mas,” jelasnya.
Saat ini Adi sedang mengerjakan pesanan dari Taiwan. Dia mendapat order drum empat buah serta drum satu set. Selain itu, dari Malaysia juga pernah memesan drum kustom miliknya.
Tidak dipungkiri, Adi masih menemukan sejumlah kendala dalam menjalankan usaha. Salah satunya tempat produksi. Selama ini dia berkarya di ruangan 2×2 meter.
“Ya takutnya pas produksi itu mengganggu tetangga lainnya mas. Karena di sini kan padat penduduk mas. Walapun tetangga tidak ada yang protes, tapi kan saya sungkan,” ungkapnya.
Drum yang ia buat dipatok dari kisaran harga Rp 500 ribu hingga Rp 4 juta. Tergantung dari model drumnya. Adi selalu memastikan keinginan customer-nya di awal pemesanan. Hal itu dilakukan agar nantinya di akhir tidak ada komplain. Ia ingin customer mendapat produk sesuai yang diharapkan.
“Kalau deal-deal an bisa hingga lima hari. Ya supaya menghindari komplain juga. Tapi sejauh ini mereka tidak pernah ada yang komplain,” katanya. (nun/zal)