SEMENTARA itu, tiga dusun di Desa Kepakisan, Batur, Banjarnegara, direkomendasikan untuk mengungsi. Sebab, keberadaan tiga dusun: Sikalam, Bitingan dan Krajan, berada di zona satu kilometer dari bibir kawah Sileri. “Saat ini memang masih belum mengungsi. Kami akan melakukan komunikasi dengan pemerintah desa setempat dan tokoh masyarakat. Sehingga, warga tetap waspada namun tidak panik,” kata Arif Rahman di Pos Pengamatan Gunung Api Dieng, Jumat (15/9).
Imbauan untuk mengungsi selama status waspada sudah disampaikan petugas di Pos Pengamatan Gunung Api Dieng. Hanya saja, warga enggan mengungsi. Bahkan, sebagian warga masih ke lahan pertanian di dekat kawah.
Untuk lokasi pengungsian, Arief mengatakan, hal itu akan dikoordinasikan dengan kepala desa di Kepakisan dan sekitarnya. Utamanya, di wilayah yang benar-benar aman dan lebih dari 1 kilometer.
Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Dieng, Surip menambahkan, aktivitas gempa tremor di kawah Sileri masih terus terjadi. Ia meminta warga untuk menaati larangan, tidak mendekat ke Sileri dengan jarak aman 1 kilometer dari bibir kawah. “Tanda visualnya adanya peningkatan ketebalan asap kawah serta lebih tinggi,” terangnya.
Herman, 45, warga Kepakisan mengaku belum mengungsi karena Sileri masih aman. Padahal, rumah yang ditempatinya, hanya berjarak sekitar 500 meter dari bibir Sileri. “Karena sudah biasa, jadi tidak panik. Meski sebenarnya jika keluar gas beracun saya juga takut,” kata Herman saat merawat tanaman kentang.
Supri, 50, petani kentang lainnya warga Desa Batur juga mengatakan hal yang sama. Kata Supri, aktivitas kawah Sileri yang meletup-letup dan berasap sudah biasa. “Biasa saja, nggak perlu ada yang dikhawatirkan. Sejak dulu juga begitu. Sering malah,” kata Supri. Ia mengaku belum berniat mengungsi, meski sudah diberi tahu pihak desa soal imbauan mengungsi ke tempat yang aman. “Kalau saya ngungsi, terus yang merawat lahan kentang saya siapa? Selama masih aman, saya dan keluarga tetap di sini,” tuturnya. (cr2/isk)