BAGI Fitria Tungging Sayekti, 21, berkutat dengan bahasa Jawa adalah hal biasa. Pasalnya, sejak kecil sudah diajarkan bahasa Jawa, terutama kromo inggil. Namun membacakan berita berbahasa Jawa tetap luar biasa, karena membutuhkan konsentrasi tinggi.
”Kebetulan kakek juga pengajar bahasa Jawa di Sekolah Pendidikan Guru Xaferius Sragen. Kecintaan terhadap bahasa Jawa tersebut terbawa sampai sekarang,” kata mahasiswi semester VI Jurusan Bahasa Jawa Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Semarang (Unnes) ini.
Karena dibesarkan di lingkungan keluarga guru Bahasa Jawa, kata gadis asal Pati ini, namanya juga terbilang unik. ”Jadi nama saya yang tengah Tungging berasal dari kata Sabtu Pahing, itu weton atau hari kelahiran saya dalam penanggalan Jawa,” katanya. Bahkan, kuliah yang diambil juga studi Bahasa Jawa FBS Unnes.
Selain menggunakan bahasa Jawa kromo inggil sebagai bahasa komunikasi sehari-hari, kecintaannya terhadap bahasa Jawa juga ditunjukkannya dengan bidang profesi yang saat ini dijalaninya. Yakni menjadi penyiar berita bahasa Jawa di salah satu televisi lokal di Jateng. ”Sekarang saya bekerja jadi presenter berita bahasa Jawa, Pawartos Jawa Tengah,” katanya.
Meski sudah terbiasa dengan bahasa Jawa, akunya, saat pertama membawakan berita Bahasa Jawa kromo inggil, ternyata tidak mudah. Selain dituntut menguasai banyak pembendaharaan kata dalam bahasa Jawa halus, juga harus mampu menguasai panggung.
”Awal-awal memang sempat grogi saat membacakan berita, apalagi di depan kamera. Ditambah lagi dengan tuntutan harus melihat ke kamera yang sedang on. Tetapi sekarang sudah terbiasa dengan sendirinya,” katanya. (hid/ida/ce1)